Rabu, 16 Maret 2011

Berpikir tentang RUANG dan WAKTU

Suatu waktu,
Sekian menit kita menunggu, terasa sangat lama dan menyiksa,
Tetapi dalam kejadian lain,
Sekian jam kita menunggu, terasa sangat cepat waktu berlalu
Itulah contoh relativitas waktu yang dipengaruhi suasana batin
Menurut teori waktu,
Jika kita melesat melebihi kecepatan cahaya menjauhi bumi ini
Kemudian dalam waktu tertentu kembali ke bumi
Maka hitungan umur kita akan lebih muda dari seharusnya
Itulah teori relativitas waktu yang cukup ajaib bagi kita yang awam
Bagi mereka yang larut dalam kekhusyuan ibadah,
Merangkaknya waktu dan keberadaan diri menjadi samar
Sepertinya diri terlepas dari batas waktu dan ruang
Asyik larut melakukan dialog dengan Sang Pencipta
Asyik terlepas untuk memandang diri dan sekitarnya
Bagi pergaulan tempo doeloe,
Batas ruang menjadi sangat terukur dan terkendala jarak
Batas ruang memaksa rentang waktu lebih lama untuk bersatu
Namun perkembangan peradaban manusia dalam teknologi
Seperti melepaskan batas ruang itu
Karena kita bisa berkirim kabar dalam hitungan detik
Melihat wajah dan bercengkerama dari jarak jauh melalui media
Kehidupan ini tercipta berada dalam batas waktu dan ruang
Pernahkah kita merenung,
Ketika dunia nyata ini menjadi tidak ada
Dan kita seorang diri menjadi titik satu-satunya
Maka kemanapun kita berpindah, itu tidak ada perpindahan
Karena jarak diukur dari start dan finish yang sama, yaitu titik kita
Maka berapa lama pun kita ada, itu tidak ada ukuran waktunya
Karena waktu diukur berdasar gerak benda lain (matahari, bulan, dll)
Satu titik itu adalah gambaran keterlepasan terhadap waktu dan ruang
Pernahkah kita berpikir, siapakah yang menciptakan waktu dan ruang?
Tentu Sang Pencipta yang menciptakan ruang dan waktu itu
Pernahkah kita ‘membatasi keberadaan’ Sang Pencipta?
Sehingga Dia seakan dibatasi oleh (berada dalam) waktu dan ruang
Mungkinkah Sang Pencipta dibatasi oleh ciptaanNYA sendiri
Padahal Dia yang Maha Mencipta
Lalu,
Apalah arti keberadaan kita di hadapan Sang Pencipta?
Lha dibandingkan dengan ciptaanNYA saja, kita bukan apa-apa
Cobalah bandingkan manusia dengan bumi, tata surya dan galaksi
Masihkah kita berani bersombong tidak mengakui keberadaan Sang Pencipta, yaitu keberadaan yang terlepas dari batas waktu dan ruang
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung dan mau bersyukur kepadaNYA.

sumber : Ki Asmoro Jiwo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar